1/12/2009

Takdir ?

Kalau dipikir-pikir, hidup ini sebenarnya adalah seperti sebuah panggung sandiwara seperti kata ahmad albar dalam salah satu lagunya.

Dia menjadi Sang Sutradara, sekaligus penulis naskah dan jalan cerita, serta juga yang mengatur segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pertunjukkan Akbar ini. Alur cerita dan naskah sudah disiapkan sejak para pemain ini belum diturunkan ke atas panggung, sehingga Dia tahu benar awal dan akhir dari cerita.

Tapi sebagai Sutradara, Dia memberikan kebebasan kepada para pemainnya untuk berekspresi dengan sebebas-bebasnya. Dia hanya menunjukkan cara yang terbaik untuk mendapatkan performa yang terbaik bagi para pemainnya. Berpulang itu mau di ikuti atau tidak oleh para pemainnya, Sang Sutradara tidak peduli, karena sama sekali Dia tidak membutuhkan apa pun dan tidak mengharapkan apapun dari pertunjukkan yang berlangsung di panggung kosmik ini.

Saat syuting berlangsung, banyak pemain yang berekspresi sendiri, berbuat diluar naskah skenario mengandalkan kemampuannya. Banyak juga dalam proses syuting itu, Sang Sutradara memberikan kesempatan untuk pemainnya mengulang kembali aktingnya didepan kamera karena terlalu jauh dari baiknya sebuah cerita yang sudah disiapkan.


Uhm.. saat para pemain berekspresi sendiri, dan keluar dari naskah skenario yang sudah ditentukan, terlihatlah kualitas para pemainnya. Ada yang dengan ekspresi sendirinya dengan menggunakan akal pikirannya, membuat aktingnya menjadi mantap, semakin hidup dan memberi kesan yang baik bagi Sang Sutradara. Tapi ada juga yang justru dengan berekspresi sendiri, malah membuat cerita yang seharusnya baik itu menjadi terlihat buruk dan menyimpang dari kebaikan yang seharusnya bisa diterima oleh pemainnya.

Karena Sang Sutradara adalah Sang Maha Pemurah, akhirnya beberapa kejadian dalam proses syuting itu diberi kesempatan untuk memperbaikinya, diberi peringatan dan petunjuk supaya bisa memberikan yang terbaik.

Tentu saja ada yang mau menerima petunjuk, ada juga yang tetap mengikuti sekehendak hatinya saja.

Bagi para pemainnya yang berakting indah dan mau mengikuti petunjuk, Sang Sutradara akan memberikan peranan-peranan yang sulit, peranan-peranan yang memberatkan. Begitu juga bagi pemain-pemain yang buruk. Akhirnya penerimaannya menjadi berbeda-beda, yang diterima dengan sabar akan semakin terasah karakternya, sedangkan yang menerima dengan berat hati dan keluh kesah, semakin tenggelam perannya.


Bila melihat takdir hidup, ternyata sebenarnya dunia ini tidaklah memberatkan, tidaklah salah. Yang salah itu adalah niat, tujuan, dan keputusan-keputusan yang dibuat oleh manusia yang mengisinya.


Allah tidak menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri” [QS. 3 : 117]


Dan tentu saja, apa-apa yang diawali dengan keburukan, akhirnya menimpa manusianya sendiri. Jika cobaannya datang pada manusia yang mengikuti hawa nafsu semata, maka hidup akhirnya akan semakin memberatkan, sebaliknya jika diterima oleh orang yang menerima baik dan buruk dengan segala lapang dada setelah mengikuti petunjuk yang mengarahkan kepada cahaya, akan terlepas dari rasa menderita.

Terkadang, hidup yang diabdikan untuk menolong dan membantu orang lain bisa jadi sulit tapi menguntungkan, dan kehidupan yang mementingkan diri sendiri mungkin akan terlihat menjadikannya lebih mudah, tapi bukanlah jalan menuju kebahagiaan yang sejati.

Setiap tindakan dan pilihan yang kita buat, tidaklah mempengaruhi apapun bagi Dia, karena untung dan ruginya hanya akan ditanggung oleh manusia itu sendiri, Dia tidak membutuhkan apapun dari mahlukNya. Namun setiap niat baik yang kita lakukan baik itu dalam ibadah, maupun diluar ibadah akan membuatNya merasa senang dan membuat sebuah kedekatan yang lebih akrab antara Dia dan mahlukNya.


Aku ternyata masih jauh dari orang yang bisa menerima takdir ini dengan lapang dada, seringkali aku masih berkeluh kesah saat harus menerima tantangan. Ya tantangan agar menjadi lebih kuat dan sabar.

Tapi setidaknya dalam segala kekuranganku, aku berharap akan menjadi orang yang bisa membantu sesamaku juga mengusahakan dan meraih takdirku yang terbaik dengan mengerahkan segala kemampuan, hingga suatu saat tidak ada lagi yang bisa kulakukan, tidak ada lagi pilihanku untuk memilih, maka saat itu kuharap aku adalah orang yang pasrah dan ikhlas dalam menerima takdir, baik itu takdirku yang buruk, ataupun takdirku yang baik sebagai yang sepantasnya kuterimakan.


No comments:

Post a Comment