1/12/2009

Iman …

Beberapa penjelasan mengenai iman yang sering kudapati adalah, sebuah keyakinan didalam hati, terucap dalam lisan, terwujud dalam perilaku. Itu berarti, ada sebuah kesatuan yang harus utuh terikat dalam jiwa manusia itu, sehingga bila belum terpenuhi salah satunya, belumlah manusia itu disebut beriman.

Beriman tentu saja tidak dapat dipaksakan, karena itu adalah sebuah pilihan, wujud dari kehendak dan akal pikiran, sebab telah jelasnya yang benar dan yang salah seperti ditulisNya didalam Al-Quran.

Dia bisa saja dengan kehendakNya membuat semua manusia menjadi patuh seperti malaikat yang suci, atau bisa saja membuat semuanya menjadi seperti iblis yang sombong dan membangkang.

Setiap manusia menjadi pelaku utama bagi dirinya masing-masing, dan bisa membawa orang lain menjadi terbawa ke jalannya dengan mempengaruhi.


Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang, maka barangsiapa melihat [kebenaran itu], [manfaatnya] bagi dirinya sendiri, dan barangsiapa buta [tak melihat kebenaran itu], kemudaratannya kembali padanya” [QS. 6 : 104].


Tuhan telah memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih, diberi kebebasan dengan akal dan pikirannya untuk menempuh jalannya. Dan bagi yang bisa melihat petunjukNya, tentulah menjadi manusia yang mendapatkan berkah dan ridhoNya dalam melihat kebenaranNya, tetapi bagi mereka yang salah dalam menggunakan akal pikirannya dan lalu tersesat, maka kesesatan itu semata-mata hanyalah datang pada dirinya sendiri. Dia akan menambah terang jalan bagi mereka yang mau mengikuti petunjukNya yang terang sehingga semakin lapang jalan yang ditempuhnya, tapi akan membiarkan yang tersesat untuk berpikir dengan sekehendaknya sendiri, dengan prasangkanya sendiri untuk menempuh jalan yang sudah dipilihnya itu.

Dunia ini ternyata tidaklah lebih hanya sebuah tempat untuk manusia menemukan takdirnya, untuk mencapai takdirnya. Tidak ada suatu paksaan pun olehNya terhadap mahlukNya ini. Kebebasan ini ditunjukkanNya dengan menciptakan akal pada diri manusia. Bahkan akal ini adalah yang pertama kali diciptakan dalam proses manusia, sehingga dengan akal ini lah manusia akan menggunakannya dalam mencari dan menempuh jalan hidupnya.

Dari situ kita bisa melihat, bahwa tidaklah pantas kita memaksakan apa yang kita yakini ini kepada yang lainnya, ya bagaimana mungkin kita bisa memaksakan, sedangkan beriman atau tidaknya seseorang itu semata-mata hanyalah bila dikehendakiNya, mendapat izinNya.

Apakah sebegitu bebasnya Dia memberikan pilihan kepada kita ?

Tentu saja bila bisa melihat petunjukNya, itu berarti Dia sebenarnya telah memberikan pilihan, telah memberikan jalan, menunjukkan arah yang semestinya.

Akhirnya, manusia tinggal memilih dan memilah, lalu menjalani apa yang diyakini benar dan baik dalam hatinya, mau mengikuti petunjukNya .. atau mengikuti prasangkanya belaka …


Uhm, sebenarnya bila dipikir-pikir, seharusnya adalah lebih mudah memahami Dia daripada memahami mahlukNya. Dia tidak pernah ingkar atas setiap janjiNya, sementara manusia dalam sekejap bisa mengucap janji, dan dilain kejap bisa menjadi ingkar janji, Dia tidak pernah berhenti menyayangi mahlukNya, tapi manusia sesaat bisa memberikan rasa sayang, dilain waktu bisa menjadi seseorang yang membenci, Dia tiada henti memberikan kebaikan pada kita, tapi manusia, sesaat bisa menjadi manusia yang baik, tapi disaat lain bisa menjadi manusia yang buruk, Dia adalah kejujuran yang selalu ditanamkan kedalam jiwa manusia, tapi manusia terkadang bisa menjadi jujur, dan disaat lain bisa menjadi seorang pembohong. Tapi disitulah kebebasan yang diberikanNya.


No comments:

Post a Comment