1/08/2009

Menikah ….

Apa artinya sebuah pernikahan ?
Apakah pernikahan itu hanya semata-mata sebuah tali ikatan antara sepasang insan yang saling mencintai, dan kemudian saling mengucap janji setia sehidup semati untuk selamanya ?
Dulu yang terpikir olehku, aku ingin menikah dengan seseorang yang kucintai dan mencintaiku juga. Seseorang itu kubayangkan adalah seorang wanita yang umurnya lebih muda, cantik, penuh perhatian dan kasih sayang, tempat aku bisa bermanja menjadi seorang anak-anak saat dengannya.
Terbayang olehku, bahwa suatu pernikahan itu akan membawa kebahagiaan lahir dan batin, beban hidup akan saling berbagi, ketenangan dalam beribadah dan spiritual bersama seseorang yang sangat dekat denganku.
Semua pandanganku tentang calon pendamping hidupku berubah saat aku mengenali seseorang, dekat dengan seseorang yang bukanlah seorang gadis lagi tapi sudah menikah dan mempunyai seorang anak.
Ternyata cinta itu tidak pernah memilih saat Dia menanamkannya kedalam jiwa kita, tak peduli usianya, tak peduli wajahnya, tak peduli status sosialnya, tak peduli kondisinya. Juga tak ada yang bisa menahan saat cinta itu dimasukan kedalam jiwa setiap insan. Bahkan cinta itu juga bisa dihadirkanNya kedalam jiwa manusia terhadap seseorang yang sudah mempunyai ikatan cinta dengan orang lain. Ya disitulah letak Maha AdilNya Dia.


akhirnya satu hal yang kupelajari, bahwa tidak semua cinta itu ditanamkan akan menjadi terikat atau terwujud dalam sebuah tali pernikahan seumur hidup, tidak semua cinta itu adalah cinta yang sebenarnya, karena sangat mungkin cinta itu hanya sebuah batu ujian, sebuah cobaan karena kebahagiaan juga seperti itu, bisa jadi yang kita hadapi sebenarnya adalah sebuah kebahagiaan semu yang akan menjebak kita masuk kedalam perangkap duniawi, dan merendahkan diri kita menjadi manusia yang hina.
Sebenarnya kita akan bisa melihat apakah cinta itu hanyalah sebuah perangkap dalam bentuk kebahagiaan atau memang cinta itu adalah sebuah ketulusan, karena manusia diberi akal dan pikiran untuk bisa membedakannya, tapi seringkali akal pikiran ini ditutupi oleh hawa nafsu dan ego.
Setelah ku mengenal seseorang yang bukanlah seorang gadis lagi, pemikiran dan pemahanku berubah. Cinta memang tidak harus seperti pikirku dulu, karena cinta tidak memilih, tapi cinta itu telah dipilih. Ternyata aku malah baru merasakan seperti apa itu cinta, baru menyadari apa itu arti cinta saat mengenalnya. Aku tidak pernah peduli dengan latar belakangnya, aku tidak peduli bahwa dia sudah menikah dan sudah mempunyai anak, terlebih lagi setelah tahu bahwa hubungannya dengan sang suami memang sedang dalam sebuah proses perpisahan.


Belum pernah aku berbicara begitu seriusnya tentang hubunganku dengan seorang wanita dengan ibuku sendiri. Karena memang selama ini aku tidak pernah membawa seorang wanita kerumah dengan kesengajaan, membawa kerumah karena memang aku ingin mengenalkannya pada ibuku. Kalaupun dulu pernah ada seorang wanita yang dekat denganku datang kerumah, bukanlah karena aku mengundangnya, tapi karena kondisiku yang saat itu sedang sakit sehingga dia berinisiatif untuk menjengukku.
Tentu bukan tanpa alasan aku berpikir seperti itu, tapi aku berpikir, wanita yang akan ku ajak kerumah dan kukenalkan pada ibuku itu haruslah seorang wanita yang memang aku sudah mempunyai keyakinan dengannya, keyakinan dari sebuah niat baik untuk suatu hari nanti dia akan mendampingi hidupku.
Ya pada akhirnya wanita inilah yang kubawa dan kukenalkan pada ibuku, walau dulu dia begitu takut bila ku ajak kerumah hehehe.
Seperti sudah kuduga, ibuku akan bertanya padaku, pertanyaan yang keluar karena sebelumnya tidak pernah ada wanita yang dengan sengaja ku undang kerumah. Aku pun bercerita, kuceritakan semuanya bahwa wanita yang kubawa kerumah ini adalah seorang wanita yang sudah pernah berkeluarga, sudah mempunyai satu orang anak. Kupikir ibuku akan terkejut dan marah atau merasa tidak senang, ternyata tidak … sama sekali tidak …
Dia tersenyum mendengarkan penjelasanku, lalu bertanya kenapa aku memilihnya, sedangkan aku bisa memilih yang masih sendiri. Jawabku hanya sederhana saja, buat aku pernikahan tidaklah harus dengan seorang yang masih gadis, karena bukan itu tujuannya, bukan hanya ada pendamping hidupku tujuannya, bukan hanya ada seseorang yang akan menemani tidurku tujuannya. Pernikahan itu haruslah menjadi ibadahku, dan juga menjadi ibadah istriku nanti. Keyakinanku semakin kuat untuk mencapai ibadah itu dengan wanita yang kucintai ini, karena selama ku mengenalnya, begitu banyak aku mendapatkan kedekatan denganNya yang tidak pernah kurasakan saat aku berhubungan dengan wanita-wanita lain yang dekat denganku dulu. Aku belum pernah merasakan sayang yang begitu besar terhadap seseorang seperti ini. Aku belum pernah memiliki perasaan yang begitu memiliki terhadap seseorang sebelum ini. Dan aku menerima apa adanya, menerima semua keadaannya, menerima semua bagian hidupnya … anaknya…
Aku mencintainya ……


Kesempurnaan memang tidaklah ada dan bukanlah milik manusia, tapi dimataku dia begitu sempurna, begitu lengkap, semua yang kubutuhkan dari seorang wanita ada pada dirinya.
Ada memang perbedaan antara aku dengan dia, entah itu mungkin berbeda pemahaman, berbeda pemikiran dan jalan pikiran, tapi aku percaya bahwa berbeda itu seharusnyalah menjadi suatu kekuatan bersama. Dua orang dengan perbedaan akan saling melengkapi, saling menutupi kekurangan, saling mengajarkan kelebihan.
Saat ceritakan pada seseorang yang ku anggap sudah mencapai tingkatan makrifat, bahwa mungkin ada perbedaan pemahaman antara aku dengan dia, jawabannya adalah “justru itu bagus” ….. karena bila kamu hanya mendapati diri sejalan terus dengan seseorang, maka dari sudut pandangnya itu tidak akan menjadikan sebuah hubungan yang harmonis dan dinamis, kedua-duanya hanya akan bersikap pasrah dan nerima, tidak saling belajar, dan mungkin akan bersifat munafik, pura-pura menerima tapi dalam hatinya berontak, tentunya akan berakhir tidak baik apalagi bila sudah terakumulasi dalam hati perbedaaan-perbedaan yang terpendam dalam hati saja selama menjalani hubungan. Tidak akan ada pembelajaran, sehingga bila ada satu yang salah, yang lain belum tentu akan menjadi yang mengarahkannya menjadi benar, tapi malah membenarkan kesalahannya. Hubungan akan menjadi statis, tidak berkembang, apa adanya, semua serba bisa diterima ….
Saat hubungan itu dihadapi dengan cobaan, dengan godaan, dan pertentangan, baik itu karena masalah intern, ataupun ekstern, atau karena ada perbedaan pandangan, dan semua itu bisa dihadapi dengan baik, dengan saling pengertian dan memahami, serta bisa saling menghargai, maka hubungan itu akan menjadi sebuah hubungan yang kuat kelak, karena keduanya bisa saling mengisi.
Insya Allah ..........





No comments:

Post a Comment