8/17/2009

....

Hal yang paling bodoh dan kubenci adalah kebohongan dan pengkhianatan, tapi kali ini ternyata aku harus berbohong padanya dengan mengatakan bahwa aku sudah tidak lagi memiliki perasaan apa-apa. Namun ini bisa kulakukan saat menjauh pun ternyata tidak bisa sekalipun sudah kupaksakan. Sebuah dilema yang sangat menyiksa saat menjauhkan diri darinya, ternyata pikiran dan hati tetap saja tidak bisa lepas, bahkan hampir setiap hari harus melihat namanya muncul seakan-akan aku selalu harus ingat padanya.

Dan dalam pergulatan untuk memaksakan diri ini lupa padanya dan hilang semua perasaan ini, ternyata hanya membuatku menjadi sakit.
Dari mulai liverku yang biasa hanya membuat mual, kini tidak hanya terasa perih, tapi juga mulai terasa sakit pada bagian-bagian tertentu. Ginjal kiri yang mulai bermasalah juga disertai jantung yang terasa tidak normal.
Beban pikiran dan perasaan yang terus menerus dirasakan selama hampir satu tahun belakangan ini, akhirnya memang berdampak besar pada masalah fisik yang mulai serius.

Uhm, tapi saat memberanikan diri untuk berkata tidak jujur padanya, bahwa semua perasaan ini sudah hilang, yang kudapati tetap saja bukan lagi hatinya yang dulu. Jauh berubah, bahkan sangat berubah kurasakan. Bukan lagi seseorang yang kukenal seperti dulu. Dan lagi, itu terjadi …
Ternyata hatiku terlalu rapuh untuk mencoba menjadi temannya. Terlebih lagi kurasa sikapnya yang saat ini menjadi dingin seakan akan aku adalah orang yang baru dikenalnya saat ini.

Mungkin sebenarnya yang terbaik adalah, tidak lagi menghubungi dia. Karena mungkin kehadiranku saat ini hanya kembali menganggu ketenangannya. Mungkin dia sudah merasa nyaman saat aku hilang dan tidak ada lagi hubungan dengannya.