1/17/2009

Aku dan sombong [1] …

Dalam hidupku begitu banyak orang-orang yang begitu berarti dan berpengaruh dalam proses perubahan dan kedewasaan diri ini.
Terkadang harus memasuki kegelapan, kemudian berpindah menuju tempat yang terang, seperti seseorang yang sedang berada di atas sebuah kereta api, dan bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya, menyusuri bukit, terowongan gelap, jalan raya, dan lain sebagainya.

Kusadari betapa selama ini aku adalah manusia yang sangat sombong, merasa banyak tahu dan mendapat tahu dari yang Maha Benar. Tanpa sadar ataupun sadar, mungkin kesombongan ini membuatku seringkali merendahkan orang lain, memandang orang dengan sebelah mata, atau hal-hal buruk lainnya yang tidak bisa kusadari telah menyebabkan itu dari sifat sombong.

Setelah kuputar kembali jalan cerita hidupku untuk beberapa saat, maka semakin kusadari bahwa aku adalah manusia sombong. Kudapati kesombongan ini setelah ku coba melihat dan memikirkan semua kejadian-kejadian yang telah lewat bersama orang-orang yang dekat denganku.

Salah satunya adalah sahabatku sendiri. Dia adalah teman untuk berdiskusi, berbagi, dan berpetualang. Dalam perjalanan spiritualnya, kuanggap sahabatku ini sudah lebih matang dan lebih dewasa pemahamannya dibandingkan diriku. Beberapa kali saat kita sedang membahas suatu permasalahan yang biasanya berhubungan dengan masalah-masalah spiritual, saat dia sedang “menerima” pemahaman, atau mungkin “ilham” atau “wahyu” dia akan bilang, “jadi deg deg an nih jantung mo ngomonginnya” hehehe. Ya, biasanya begitu kalau sudah datang pengetahuan langit hehehe, tapi lucunya kadang-kadang apa yang dia sampaikan kemudian setelah menunggu dulu beberapa saat sampai dia bisa melanjutkan bicaranya, ternyata apa yang akan dia sampaikan itu adalah sesuatu yang buatku sebelumnya sudah lama melintas dikepala tanpa harus jantung deg deg an. Kemudian setelah dia sampaikan pemahamannya, dia berhenti sejenak bicara dan bertanya padaku, “sampai segitu dulu, paham ga apa yang kubilang tadi sebelum dilanjut?”, uhm… kadang kaget juga ditanya gitu sama dia hehehe, ya langsung kubilang paham walau kadang bingung, baru dia melanjutkan lagi ceritanya.

Sahabatku ini adalah orang yang sangat bijaksana menurutku, cerdas dan berpikiran terbuka, tidak seperti diriku yang berpikiran sempit, lemot dan jauh dari bijaksana.
Seringkali kurasakan beberapa pandangan orang, vision orang-orang spiritualis terhadapku, sebenarnya mungkin ditujukan pada dirinya, tapi karena energi sahabatku yang besar dan melingkupi diriku yang selalu bersama-sama dia, membuat orang menjadi salah melihat aku. Ya… aku dianggap orang adalah sahabatku itu.

Dalam sebuah komunitas spiritual, tempat dimana aku belajar meditasi, sang pimpinan padepokan pernah mendapatkan vision yang katanya, dalam vision itu dia melihat tiga orang didalam komunitas itu yang akan menjadi pemimpin, entah memimpin komunitas itu atau apa, tapi yang jelas orang yang dia lihat ini berdiri didepan banyak pengikutnya.
Dan menurut pimpinan padepokan itu, aku adalah salah satu dari tiga orang yang terlihat, dua orang lagi adalah teman-temanku juga dari komunitas tersebut.
Uhm, kalau dilihat-lihat lagi kedalam diriku, aku bukanlah tipe seorang pemimpin, jiwa ku bukan jiwa seorang pemimpin, aku lebih suka berdiri dibelakang daripada didepan, aku bukan orang yang bisa berbicara didepan orang banyak, bukan orang yang punya pengetahuan serta kemampuan untuk menjadi pemimpin, apalagi dalam urusan spiritual, sangat terlalu cetek pengetahuanku.
Rasanya malah ini lebih cocok bila dilihat dari sahabatku, karena dia punya jiwa pemimpin, bisa memimpin dan berbicara didepan orang, otaknya cerdas, wawasannya luas dan pemikiran yang terbuka. Sepertinya pimpinan padepokan ini telah salah melihat orang yang berdiri itu, eheheh itu jelas bukan diriku, tapi lebih bisa dibilang itu sahabatku.

Sesepuh dari komunitas spiritual yang ku ikuti itu juga pernah berkata padaku, “kamu akan menjadi seorang spiritualis yang sangat baik suatu hari nanti”, dia berkata begitu padaku saat dulu aku terbaring sakit hampir lima bulan, beberapa tahun yang lalu.
Tapi segera kusadari, bahwa perkataannya itu hanyalah untuk membuat semangat hidupku bangkit sehingga diharapkan aku segera sembuh bila semangat hidup sudah membaik.
Sebenarnya aku tidaklah pernah dilihat sesepuh komunitas ini sebagai orang yang bisa menjadi spiritualis, apalagi ada tambahan dibelakangnya spiritualis yang sangat baik hehehe… aku sangat jauhhh dari baik. Hal itu juga kusadari saat belakangan hari, sesepuh ini pernah berkirim sms pada .. uhm.. seseorang yang pernah dekat denganku, dan mengatakan bahwa aku memang bukan seorang psikik, atau seseorang yang punya kemampuan supranatural, atau apapun namanya, tapi beliau segan untuk mengatakan yang sejujurnya kepadaku karena khawatir aku tersinggung atau merasa kecewa.
Buatku semua ini sudah cukup menggambarkan bahwa aku memang tidaklah mempunyai kemampuan apa-apa, tapi karena sombongku saja aku lebih banyak merasa mampu, merasa bisa, merasa punya kelebihan.

Dalam sebuah milis yang membahas spiritual juga, aku kemudian terpilih menjadi satu dari tujuh orang yang diangkat sang master, menurut sang master tujuh orang yang terpilih ini mempunyai kelebihan, kelak akan menjadi seorang pemimpin, menjadi seorang imam, juga termasuk keturunan-keturunannya.
Uhm….entah apa yang dilihat sang master dariku hingga aku terpilih menjadi salah satunya. Tapi sekarang kupikir lagi, sepertinya sang master disinipun salah melihat, mungkin yang dia lihat sebenarnya adalah sahabatku itu, bukan aku.
Energi sahabatku lebih besar dari energiku, sehingga energinya mungkin menutupi diriku, sementara aku lebih banyak terlihat seperti menonjol karena mungkin terlalu banyak omong dan sok tahu didalam milis tersebut, dan akhirnya aku seakan-akan terlihat adalah sahabatku itu.
Hehehe .. ya semua ini salah lihat dan salah kaprah sepertinya … :]

Belakangan ini kusadari, bahwa aku sebenarnya tidaklah mempunyai kemampuan mata ketiga, tidak bisa melihat dimensi-dimensi lain, tidak bisa melihat cakra, aura dan energi.
Aku telah membual begitu besarnya terhadap banyak orang, menipu banyak orang dengan sesuatu yang sebenarnya tidaklah pernah bisa aku melihatnya.
Bualan demi bualan yang kubuat, tipuan dan tipuan yang kulontarkan kepada banyak orang, semakin lama semakin ku percayai kebenarannya. Aku jadi mempercayai bualanku sendiri, percaya terhadap tipuanku sendiri, sehingga membuat aku semakin merasa memang mempunyai kemampuan itu.

Hehehe, cukup lama sudah aku menjadi orang yang seperti itu. Menjadi orang yang sombong dengan ketidakmampuanku, sombong dengan ketidakpunyaanku.
Dan kusadari aku beruntung dipertemukan dengan sahabatku itu, dan juga orang-orang yang kukenal lewat komunitas spiritual tempatku belajar meditasi.
Yang berharga dari situ bukanlah tentang meditasinya, tapi lebih dari itu, yaitu tentang hidup dan kehidupan.
Maka rasanya memang sepantasnya, sewajarnya, kalau orang lain pun ingin menjadi seperti sahabatku, dan ingin menjadi salah satu sahabat dari sahabatku itu, karena sahabatku ini memang pantas dijadikan sahabat bagi siapapun.



No comments:

Post a Comment