1/07/2009

Salmalika savita…

Hari ini, aku dikejutkan oleh sebuah tulisan didalam kertas putih yang tertempel di dinding rumah kakakku. Tulisan itu terlihat sangat sederhana saja, sebenarnya tidaklah istimewa, namun yang membuatnya menjadi istimewa adalah, karena tulisan itu dibuat oleh keponakanku yang baru saja mengecap pendidikan di kelas satu sd dekat rumahku.
Awalnya kutanya, apakah tulisan ini dia buat sendiri, ataukah tulisan itu dibuat karena mendengarkan kata bundanya. Dan jawabnya adalah dia buat sendiri, karena memang bundanya saat itu sedang berada dikantor, dan rasa-rasanya tidak ada satu orang pun disitu yang menyinggung tentang apa yang dia tulis dikertas putih itu.
Memang keponakanku yang satu ini sedari kecil aku sudah melihat sesuatu yang tidak biasa, sesuatu yang diluar dari kebiasaan anak seumur dia lainnya. Entah mungkin hal itu karena dia jarang bergaul dengan anak sebayanya, lebih banyak bergaul dengan orang rumah, dan pergaulannya disekolah pun seperti tidak terlalu tertarik untuk bergaul dengan anak-anak seumur dia.


Kata-katanya yang sering keluar sejak dia mulai berumur dua tahun dulu, seringkali membuat aku terkejut mendengarnya, karena tak percaya kalau ucapan itu keluar dari mulutnya yang masih lugu dan bersih.
Waktu berumur dua tahun dulu, dia memang sudah harus sendiri sampai kedua orang tuanya pulang dari kantor, jadi ibuku lah yang mengurusnya. Mungkin karena waktu bersama kedua orang tuanya hanyalah diwaktu pagi sebelum berangkat ke kantor serta waktu magrib tiba, dan itupun kedua orangnya tuanya sudah terlalu cape untuk bersenda gurau dengannya, ditambah lagi sikap kedua orang tuanya yang mendidiknya terlalu keras, sehingga kadang-kadang saat keponakanku ini sudah begitu merindukan kedua orang tuanya, begitu ingin bermain bercanda ria bersama kedua orang tuanya, namun melihat kamar yang berantakan, bukanlah kasih sayang yang dia dapat, tapi malah dimarahi. Sampai akhirnya keponakanku yang baru berumur dua tahun itu dulu, berucap sesuatu yang mengejutkanku, dan membuatku sangat sedih sekali mendengarnya. Hari itu tiba-tiba saja dia yang sangat periang dan tidak pernah bisa diam, bahkan terlalu hiperaktif, mendadak menjadi pendiam, tidak banyak bicara dan bertanya, tidak juga mengacak-ngacak kamar orang tuanya. Lalu dia duduk disebelah oma-nya, dan berucap “omah …. Salma ini anak siapa sebenarnya ?”
Uhm… mungkin menjadi timbul kebingungan dalam hatinya, orang yang selalu dia panggil bunda begitu sering memarahi dia, sementara ibuku yang mengurusnya dengan sepenuh kasih sayang, begitu dekat dengan dia, dan banyak waktunya dihabiskan bersama dia. Tak jarang dia menangis bila aku harus tinggalkan dia pergi bekerja, karena bila aku sedang dirumah, memang akulah yang menemaninya bila ibuku terlihat sudah letih.

Hari ini pun begitu, saat kulihat tulisan itu, aku terharu melihatnya walaupun tulisannya masih tidak sempurna, pengaturan kalimatnya masih lompat-lompat, tapi isinya itu yang membuatku terharu.
Yang dia tulis dikertas putih itu adalah .,,……

“kenapa diserang palestina?
Apa salah palestina diserang?
Aku ingin membantunya, memberikan obat-obatan…
Mengobati yang sakit dipalestina..
Kasihan banyak anak-anak yang mati disitu
Semoga palestina cepat sembuh kembali….”

Aku berdoa untuknya …
“ya Allah, jaga salma ku ini menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya kelak, jaga hati dan pikirannya agar menjadi manusia yang saleh kelak, lindungi dia dalam perjalanan hidupnya, jadikan dia manusia yang bisa menyinari alam semesta ini, amien ….”


No comments:

Post a Comment