1/06/2009

Rumahku Surgaku....[1]

disuatu masa, disuatu tempat yang antah berantah ….

Sore itu aku terduduk didepan teras rumahku sambil melepaskan rasa letih sehabis membelah kayu-kayu kering untuk dijadikan bahan pembakaran. Kumanjakan mataku memandangi setiap sudut rumah panggung yang sangat sederhana ini, terbuat dari bahan kayu pilihan yang kokoh, tidak terlalu banyak perabotan didalamnya, benar-benar sederhana sekali. uhm… didepan teras rumah itu, ada sebuah kolam kecil yang tidaklah begitu banyak ikannya, dibagian tengah kolam ada sebuah bambu melintang dan sudah terpotong setengah bagiannya yang ditopang oleh bambu lainnya kebagian bawah dasar kolam, dan dengan bantuan sebuah alat kecil untuk menarik air ke atas melalui selang tipis, air tertarik naik kesudut salah satu bambu yang melintang itu, maka air pun mengalir kebagian bambu yang lainnya dan jatuh mengalir kembali ke kolam. Suara air yang mengalir jatuh ke kolam itu memberikan rasa sejuk saat telinga ini mendengarkannya, serasa aku benar-benar dibuai oleh alam.

Ah .. rupanya istriku sudah membuatkan aku secangkir kopi panas dan beberapa potong singkong rebus dimeja teras luar sebelum dia pergi. Kembali mataku menerawangi semua sudut rumah dan halamannya yang tidak diberi pembatas sambil sesekali menikmati kopi yang dibuatkan oleh istriku. Dibagian kanan rumahku itu, istriku membuat taman bunga yang beraneka ragam, beraneka warna, sehingga rumah ini tampak begitu asri dan senantiasa membuatku merasa betah berlama-lama disitu.

Uhm.. istriku memang pandai menata rumah sederhana ini menjadi sebuah istana yang indah. Beruntungnya aku mempunyai seorang istri seperti dia, dan beruntungnya aku mempunyai kehidupan yang luar biasa ini, jauh dari keramaian, kebisingan, polusi, … yang jelas inilah yang kusebut dengan ketentraman serta kedamaian, sesuatu yang selalu kuimpikan sejak dulu, sesuatu yang selalu kuingin wujudkan bersama seseorang yang akan mendampingi hidupku sampai akhir hayatku nanti.

Tak hentinya aku bersyukur dengan semua kenikmatan ini, hidupku rasanya begitu megah dan mewah, hehehe disaat orang lain mendapatkan kemewahan dan kemegahan itu dari materi, rumah yang serba ada dan modern, mobil-mobil yang berjejer didalam garasi, aku justru mendapatkan kemewahan dan kemegahan itu didalam kesederhanaan rumah dan tempat ini, alamNya telah mencukupi kebutuhanku, alam yang telah menyediakan kebutuhanku. Apa yang kuberikan pada tanah yang kupijak ini, dikembalikannya dengan mencukupi semua yang kubutuhkan. Rasa syukurku terkembang dalam sebuah senyuman diwajah.

Dikejauhan kulihat istriku sedang menuju kesini, sepertinya dia baru saja mencari atau membeli sesuatu untuk kami makan nanti malam.


Malam pun tiba seiring matahari yang telah tenggelam kembali ke peraduannya untuk menyinari bagian lain dibelahan bumi ini. Setelah membersihkan diri dengan mandi, aku pun duduk disudut rumahku sambil memandangi istriku yang sedang menyiapkan makan malam untuk kami berdua.

Istriku memang seseorang yang sangat pandai memasak, dia tahu benar apa yang kusukai walaupun hanyalah masakan sederhana, bukan masakan seperti di restaurant-restauran modern. Tapi bukan apa yang dia masak yang membuatku senang, keteguhannya untuk menjadi seorang istri yang berbakti pada suaminya lah yang membuat aku kagum terhadap istriku.

Setelah selesai menikmati makan malam hasil karya istriku itu, kami pun duduk didepan perapian menikmati hangat yang keluar dari perapian itu sambil berbincang dan bersenda gurau. Kupandangi wajah istriku yang cantik, sosok yang selalu bisa menjadi semua yang kubutuhkan. Kecantikan yang keluar tidak hanya dari luar, tapi juga terpancar dari dalam dirinya. Dia bisa menjadi seorang ibu yang memberikan kasih sayangnya kepada sang anak saat anaknya dalam kegelisahan, ketakutan dan kebimbangan. Dia bisa menjadi seorang kekasih yang bisa meneduhkan hati saat letih dan butuh rasa nyaman dalam pelukannya. Dia bisa menjadi seorang adik atau kakak tempat aku bercerita dan juga menumpahkan perhatian serta sayangku padanya. Dia bisa menjadi seorang teman untuk berbicara tentang banyak hal sehingga hariku tidaklah pernah membosankan dan jenuh.

Kupeluk istriku dari belakang dan menempelkan pipiku dipipinya sambil sesekali kucium dengan lembut. Rasa larut dalam cinta dan kasih sayang ini seakan-akan kami berdua seperti sepasang kekasih yang baru saja bertemu, selalu penuh cinta dalam setiap pertemuannya.

Entah berapa besar sudah nikmat dan karunia ini kurasakan dan kuterima dariNya, sehingga setiap kali ku memandangi istriku, memandangi rumahku, menyadari jalan hidupku, hati ini bersyukur tiada hentinya.

Sesaat dalam hatiku, aku mengatakan sesuatu kepada istriku. Lalu istriku berbalik memandangku, dan seolah mengerti apa yang kuucapkan didalam hatiku, lantas dia tersenyum mesra, sebuah senyuman yang selalu membuat hatiku luluh. Kemudian kulihat matanya berkaca-kaca menandakan dia menahan air mata itu jatuh membasahi pipinya, air mata haru karena kebahagiaan, air mata dari rasa syukur yang sulit diucapkan dengan hanya kata-kata.

Dia mendekati telingaku, dan berbisik "aku cinta padamu"....

Kucium bibirnya yang merah itu perlahan, hingga sesaat ku terhanyut dalam sebuah sensasi cinta yang sangat istimewa bersamanya, dan lalu kembali terucap dalam hatiku…

“Wahai Sang Maha Cinta, jangan Kau biarkan aku harus melihatnya pergi suatu saat nanti, biar aku yang terlebih dahulu pergi saat waktuku didunia ini telah habis ….”





1 comment:

  1. Anonymous1/23/2009

    tulisan kamu buat saya merinding ngebacanya...

    ReplyDelete